Thursday, July 30, 2009

Happiness, Personal Image and Wealth


Formula hidup bahagia senantiasa melekat dengan harta, uang, kemasyhuran, ketampanan dan kecantikan. Orang akan bahagia jika memiliki uang, harga serta kekuasaan berlimpah. Kebahagiaan dalam banyak hal, juga lebih berpihak pada sosok-sosok rupawan.
Tapi, tidak. Kekayaan dan kemasyhuran bukan jaminan kebahagiaan sejati. Uang dan harta memang perlu agar hidup bisa layak. Namun, keserbacukupan materi acapkali mendatangkan kecemasan dan prahara.
Contoh, kisah duka Manohara Odelia Pinot. Secara fisik, Manohara lebih dari sempurna. Selain cantik, ia memiliki suami dari keluarga istana Kesultanan Kelantan, Malaysia. Namun, alih-alih mereguk kebahagiaan, Manohara diterjang duka dan nestapa konon sering disiksa Pangeran Tengku Muhammad Fakhry.
Silvio Berlusconi, contoh yang lain. Namanya tercatat pada peringkat ketiga daftar orang-orang terkaya Italia dengan total aset 6 miliar pounsterling. Kerajaan bisnis Berlusconi terbentang dari sektor keuangan hingga sepak bola (AC Milan), dari Mediaset sampai Fininvest. Disamping memiliki tiga stasiun TV dan publishing house, saham Berlusconi bertebaran di bidang asuransi dan properti.
Berlusconi memiliki rumah mewah di Milan, Tuscany, dan Roma. Propertinya tersebar di London, Karibia, dan Amerika Serikat. Vila Berlusconi di Sardinia, tempat Mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair dan istrinya, Cherie Blair, mengisi liburan musim panas tahun 2004, memiliki tujuh kolam renang dan kebun kaktus nan eksotik. Namun, jauh dari bahagia kehidupan perkawinan Perdana Menteri Italia ini.
Berlusconi bukan orang kaya pertama di dunia olahraga yang mencampakkan keluarga. Keretakan rumah tangga juga menimpa Bernie Ecclestone, hartawan Formula One, yang bercerai dengan istrinya, Slavica, Maret lalu. Sebelumnya, atlet basket paling sukses, Michael Jordan, berpisah dengan Juanita, istrinya di akhir tahun 2006.
Masihkah kekayaan merupakan jaminan bagi kebahagiaan sejati? Pendapat para pakar psikologi dari university of Rochester mempertegas kondisi yang dihadapi Manohara, Berlusconi, Ecclestone dan Jordan. Kebahagiaan sejati sangat sulit ditemukan di atas tumpukan harga dan uang.
Menurut pakar psikologi, tujuan manusia terdiri atas dua kategori, ekstrinsik dan intrinsik. Kekayaan, kekuasaan, dan personal image adalah tujuan ekstrinsik. Sedangkan, meaningful relationship, kesehatan yang baik dan personal growth termasuk kategori tujuan intrinsik. Pencapaian tujuan-tujuan intrinsik menuntun seseorang kepada kemuliaan diri lebih tinggim, dan sense of well-being lebih besar.
''Semakin besar tujuan ekstrinsik digapai seseorang, kemungkinannya untuk memperoleh kebahagiaan kian berkurang,'' ungkap Edward Deci, salah seorang piskolog dari University of Rochester. Mencapai tujuan ekstrinsik seperti kekayaan dan ketenaran mengantar seseorang kepada kecemasan, hidup tidak tenang, dan ketidakbahagiaan.
Tentu saja, menjadi kaya tidak dilarang. Banyak harta boleh-boleh saja. Apalagi, kalau uang dan harta merupakan buah dari kerja keras. Tapi, hendaklah kekayaan dan kekuasaan tidak membuat seseorang takabur.*



Bryan Tarore


Juventus


Alessandro del Piero

No comments: